Identitas Buku:
Judul buku : Upacara
Pengarang : Korrie
Layun Rampan
Penerbit : PT
Dunia Pustaka Jaya
Tebal Buku : 140
Halaman/ 70 Lembar
Cetakan
pertama, 1978
Cetakan kedua,
2000
Cetakan ketiga,
2001
Cetakan
keempat, 2002
Cetakan kelima,
2003
Pengarang buku ini
yang bernama Korrie Layun Rampan, mungkin terinspirasi oleh orang-orang zaman
dulu yang belum memiliki kepercayaan yang tetap dan dari cerita cerita Roman.
Naskah buku ini memegangkan hadiah Sayembara Mengarang Roman yang diselenggarakan
oleh Dewan Kesenian Jakarta Tahun 1976.
Kepercayaan akan
Dewa-Dewi maupun Roh nenek moyang pasti ada. Dan itu semua tidak lepas dari
upacara adat dan sesajian untuk para Roh. Seperti yang dikisahkan dalam novel
ini, penduduk disana selalu meminta keselamatan dan Rezeki dari Roh halus yang
mereka percayai sebagai Tuhan mereka. Ketika ada yang sakit pun mereka meminta
bantuan dari Roh tersebut.
Dan menariknya,
kebanyakan disatu desa hanya memiliki satu lamin, Yaitu sebuah rumah yang
panjang dan ditempati berpuluh-puluh hingga berates-ratus kepala keluarga.
Hanya berbataskan bilik-bilik untuk setiap keluarga. Dari generasi kegenerasi,
dari lahir sampai menikah tetap disitu. Memang terdengar membosankan, tapi
kebersamaan selalu terjalin disana.
Dalam Novel ini,
‘Aku’ yang menjadi pemeran utamanya. Dia adalah seorang anak lelaki yang
beranjak remaja dan dewasa. Ketika si Aku sedang sakit, seluruh anggota lamin
sibuk untuk mempersiapkan upacara untuk
meminta kesembuhan dari Roh yang mereka anggap Tuhan itu. Pada saat ini
tokoh Aku dalam cerita memang tak dapat melalakukan segala sesuatupun, hanya
bisa berbaring dan menyaksikan upacara yang diadakan untuknya. Seluruh orang
yang ada di lamin terlihat sedih bercampur bahagia, apalagi Ibu dari tokoh
‘Aku’ tersebut. Derai air mata tak dapat ditahan lagi saat melihat anaknya
tersadar dari pingsannya.
Tapi, entah dari
sisi yang mana. Kakek memanggil si Aku untuk ikut dengannya, karna rasa rindu
yang telah lama disimpannya, akhirnya dia pun ikut bersama kakek pergi ketempat
yang jauh dan penuh dengan rintangan. Dia diajak bertualang untuk pergi ke
tempat keabadian yang disebut surga. Awalnya dia hanya diajak berjalan-jalan
ketempat indah disekitar kampung. Tapi kakek meninggalkannya dan membiarkan lelaki
itu bertualang seorang diri. Ternyata petualangannya baru saja dimulai. Dalam
perjalanannya, dia menemukan sangat banyak rintangan. Semuanya berjumlah
seratus rintangan, berbagai binatang buas sudah mendatanginya. Berbagai makhluk
aneh pun banyak dijumpainya. Bahkan dia juga hampir mati dala perjalanan itu.
Banyak sekali keanehan yang ditemuinya dalam perjalannya. Sampai akhirnya dia
sampai di rintangannya yang terakhir dia berada ditempat yang sangat indah dan
menawan. Tempat yang banyak dikatakan sebagai surga. Tadi disini dia malah
dihadapka dengan kakeknya untuk bertarung Ayam. Dan kalau dia kalah, dia akan
musnah. Dalam pertarungan itu, dia memang hampir kalah, tapi akhirnya Ayam jago
miliknya mampu mengalahkan lawannya. Dia sangat bersyukur sekali karna dia
tidak jadi mati. Tapi semua penonton yang tidak terima pun menyerbunya dan
ayamnya, dia hanya bisa lari sebisanya. Tapi diapun terkepung dengan oran yang
sebegitu sangat banyaknya. Dan untungnya ada tangan-tangan penyelamat. diapun
terbangun dengan jantung yang berdegup kencang karna ketakutan. Dan saat itu,
upacara yang tadi digelarpun telahh usai. Pemuda itupun tetap belum sembuh
total. Meski sedikit membaik. Ibunya pun tersenyum lega melihat putranya sadar.
Dan disitu juga ada Ifing, gadis manis yang selalu membuat aku tenang.
Keesokan harinya,
Paman lagi-lagi membuat upacara untuk mencari tahu apa penyebab dari
penyakitnya itu. Awalnya Paman tidak dapat mengartikan gambaran gambaran yang
ada. Tapi pada akhirnya dia dapat menemukan kuncinya, dan mengadakan Upaca
pencarian roh yang hilang. Orang disini memang selalu mengdakan upacara
perdukungan seperti itu. Tapi paman malah kedatangan mimpi yang aneh. Roh yang
merasa terlupakan karna tak pernah diberi sesajian itu datang dan memarahinya,
Paman pun merasa sangat takut dan beranggapan bahwa keganjilan yang akhir-akhir
ini terjadi di lamin itu karna mereka sudah tidak pernah memberi sesajian
kepada Roh tersebut. Akhirnya upacara
pun dilaksanakan dengan berbagai macam sesajian.
Dilamin mereka saat
itu sedang kedatangan orang asing yang meneliti fosil disana. Tapi mereka
menolak untuk itu. Karna mereka fikir itu adalah rangka-rangka Roh-roh yang
mereka sembah-sembah. Dan Smith pun tidak percaya dengan itu, karna dia
berfikir bahwa Tuhan itu bukan Roh seperti itu. Tapi paman terus saja bercerita
ngelantur agar orang-orang asing itu percaya dengan Roh sebagai Tuhan
mereka. Mereka juga memberikan gambaran dan pertunjukan untuk lebih meyakinkan.
Smith member si Aku beberapa tablet yang sedikit membuat aku agak baikan.
Selain upacara
adat, dalam cerita ini juga membahasa soal percintaan. Percintaan yang sering
kali kandas karna maut yang memisahkan. Saat ini, ‘Aku’ sedang dilanda cinta
dengan seorang wanita yang hanya berbeba satu tahun dengannya, Waning. Mereka
saling mengikat janji untuk akan hidup bersama sepulangya si Aku dari
perjalanannya yang panjang bersama kawan-kawannya semua. Tapi sepulangnya
pemuda itu setelah kurang lebih 6bulan meninggalkan Waning, gadis itu malah
sudah tak ada lagi. Nyawanya telah direnggut oleh Buaya yang memakannya.
Upacara kematian Waning pun diadakan dengan jangka waktu yang lama dan meriah.
Ifing, adik Waning
yang berbeda usia 2tahun dengannya ini selalu mendekati dan memberikan
perhatian kusus dengan si Aku. Bukan bermaksud menghianati sang kakak, tapi
karna Ifing memang menyukai si Aku sejak dulu. Tapi pemuda itu sama sekali
tidak mengerti maksud Ifing. Dia lebih tertarik dengan seorang gadis yang ditemuinya
di Upacara. Gadis itu memang sangat cantik dan keibuan namanya Renta. Gadis itu
memang menyukai si Aku, dan begitu juga sebaliknya. Tapi tak lama kemudian
terdengar kabar bahwa Renta telah menikah denga orang Asing dan ikut ke
Negaranya. Pada saat itukesulitan sedang melanda kampung, selain karna produksi
padi menurun, banyak gadis yang menjadi korban orang-orang asing. Dengan wajah
yang tampan, mereka dengan mudah mendapatkan gadis-gadis dilamin itu. Tapi para
orang-orang asing itu tidak bertanggung jawab atas istri dan anak yang mereka
punya. Mereka malah pergi meninggalkan anak istrinya pulang ke Negaranya. Itu
sangat merendahkan masyarakat disitu.
Warga kampung pun
lagi-lagi mengadakan upacara yang memang selalu diadakan setiap tahunnya. Upacar
ini dipercayai dapat menghilangkan nasib buruk kampung itu. Pada saat upacara
sedang berlangsung, si Aku bertemu dengan gadis manis yang bernama Rie. Berawal
dari senyum senyuman, sampai perkenalan yang mereka jalani. Ternyata, mereka
juga saling menyukai. Kedua orang tua mereka juga sudah merestui hubungan
mereka. Dua sejoli yang sedang dilanda cinta ini pun berencana untuk menikah
dan hidup bersama selamanya. Mereka juga membuat rencana untuk memperbaiki
kampung yang tengah dilanda kesusahan akan hasil panen, dengan menyatukan
ide-ide yang mereka miliki. Semuanya sudah terfikirkan, tinggal pelaksanaanya
saja. Pada saat Aku sedang sendirian, tiba-tiba Rie datang menghampiri.
Terlihat dengan jelas wajahnya yang pucat pasi. Dan bibirnya juga terasa sangat
dingin saat kedua bibir mereka saling bersentuhan. Ternyata, Rie telah mati
karna jatuh dari Air terjun bersam dengan tem-temannya, hanya saja gadis itu
tidak lecet atau pun luka sama sekali. Si Aku berfikir bahwa Dewi Air telah
mengambilnya. Lagi-lagi Aku merasakan kegagalan dalam cinta untuk kesekian kalinya.
Saat sedih
melanda, yang ada hanya Ifing yang menghibur dan menyemangati pemuda itu. Hanya
saja pemuda itu masih belum mengerti bahwa Ifing masih menunggunya. Tapi lambat
laun Aku sering memperhatikan Ifing, mulai dari gerak geriknya dan kesemuanya. Ifing
dan Aku memang tinggal dalam satu lamin. Mereka juga masih ada hubungan
keluarga. Orang tua mereka berdua memang sudah setuju sejak lama kalau mereka
disatukan. Hanya saja pada saat itu pemuda tersebut masih ingin bebas. Tapi
sekarang dia benar-benar yakin untuk menikah dengan Ifing, dia tidak ingin mala
petaka menghampirinya lagi. Tentu saja Ifing meragukannya, dia takut hanya
dijadikan pelarian saja bagi si Aku yang memang telah beberapa kali gagal dalam
percintaan. Tapi pemuda itu tetap meyakinkan gadis itu, yang berbeda 3tahun
darinya.
Saat pernikahan
akan dimulai, perasaan pemuda itu bercampur aduk. Perasaan yag aneh sekali
mendatanginya. Dia sedang jengkel dengan orang orang asing yang terus
berdatangan dan merampas semua kekayaan dan daya alam mereka. Dia khawatir
dengan keturunannya nanti kalau semuanya telah hilang dirampas orang-orang yang
tak bertanggung jawab. Tapi fikirannya terus ditenangkan oleh wanita yang
dipanggilnya kakak itu. Aku memang anak laki-laki satu satunya. Saat upacara pernikahan
akan segera dimulai Aku sangat merasa gugup, apalagi Ifing terus bertanya
kesetiaan dan kesungguhan pemuda itu. Dan Ifing juga sedang dilanda rasa takut
karna ada yang mengatakan bahwa dia akan mati diusianya yang muda. Tapi si Aku
terus meyakinkan bahwa mereka bukan Tuhan yang
tahu tentang kematian.
Akhirnya Upacara
pernikah mereka pun dimulai. Upacara ini diadakan dengan besar-besaran. Sangat
banyak jamuan yang disediakan. Musik serta tarian-tarian tidak henti-hentinya
dipersembahkan untuk para tamu undangan. Sebenarnya pemuda itu bosan dengan
semua upacara yang selalu dilakukan kampungnya. Mungkin dia sudah berfikir
tentang kehidupan dan Tuhan yang sesungguhnya. Tapi ini adalah hari bahagianya,
tak mungkin dia harus bersedih saat ini. Senyum pun selalu dilemparkannya. Pada
saat kedua mempelai telah dikamar, mereka merasakan kebahagiaan yang
sebenarnya, tak ada lagi keraguan dalam diri masing-masing. Tuhan memang
menciptakan Ifing untuk menjadi pasangan hidup pemuda tersebut. Dan mereka pun
akan selalu bersama selamanya. Diluar
masih terdengar suara musik yang tak henti-henti. Dikamar, mereka memutar radio
yang sempat diberikan oleh Smith sewaktu dia berkunjung kesitu. Dari radio
tersebut mereka mendengarkan Lagu Indonesia Raya. Dan sepotong kalimat ‘Tuhan
tidak akan mengubah keadaan suatu bangsa kalau bukan bangsa itu sendiri yang
mengubahnya’ mungkin dengan itu, mereka bisa sadar dengan peradaban dan soal
kepercayaan tehadap Tuhan.
Keunggulan:
Buku memiliki cerita ceritanya sangat menarik. Disertai dengan
petualangan-petualanga yang menarik perhatian dan seru. Jalan ceritanya juga
sangat membuat pembaca penasaran akan kelanjutan ceritanya. Dengan kisah cinta
yang mendebarkan dan penuh dengan simpaty.
Kelemahan:
Judul buku ini kurang menarik, gambar sampulnya juga sangat tidak
menarik untuk membacanya. Dari segi kata-kata yang digunakan, banyak sekalli
kata-kata yang bukan bahasa Indonesia dan mungkin adalah bahasa Suku mereka.
Banyak juga istilah-istilah yang asing. Sehingga, pembacanya tidak dapat dengan
semena-mena mencerna apa yang dimaksudkan dari cerita tersebut. Jalan ceritanya
yang sering lomcat-loncat juga membuat kesulitan dalam memahami apa isi
sesungguhnya cerita ini kalau tidak dibaca sampai habis secara rinci.
Kesimpulan:
Masih banyak masyarakan yang mempercayai Roh-roh sebagai Tuhan
mereka. Dan segala sesuatunya selalu berkaitan dengan upacar-upacara dan
sesajian. Disitu, menyembuhkan orang sakit pun masih dengan bantuan Roh-roh,
walaupun hanya sakit yang tidak parah
sama sekali. Sebenarnya kepercayaan ini sudah lama semenjak kakek nenenk moyang
mereka. Yang memang sejak dulu bersatu dengan arwah dan roh yang dianggap suci
dan sakral. Percintaan yang ada didalamnya pun tidak terlepas dari kepercayaan
akan Roh-roh suci. Percintaan yang selalu kandas karna adanya maut yang
memisahkan, akhirnya bahagia juga pada akhir ceritanya.
Oke, buat para readers jangan lupa yah leave comment ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar